Cerpen "Sang Penari Abadi"
Seperti kupu-kupu dengan sayap baja...
Sebuah mimpi yang tak memperkenalkan gravitasi...
Jiwa yang menari memerdekakan diri dari batasan yang ia miliki, Ia bercerita dengan memggalirikan emosi dari ujung rambut sampai jari kaki...
Bukan hanya dianggap sekedar seni tapi tentang keindahan dan keharmonisan dari bentuk ekspresi diri...
🩰SangNona
🩰🩰🩰
Kabut pagi masih membuat desa kecil di pinggir hutan. Dari jendela pondok kayunya, Giselle menatap embun yang berkilauan, hatinya ringan bagai kapas. Di tangannya, ia memegang erat sekuntum bunga pembohong yang diberikan Loys, kekasihnya, petani sederhana yang matanya selalu berbinar saat menatapnya.
“Jangan menari terlalu lama, Nak,” suara ibu Giselle, Berthe, memecah lamunannya. "Kau tahu jantungmu lemah. Aku mimpi buruk semalam. Tentang para Wili, arwah gadis yang mati sebelum menikah, yang bangkit untuk menari hingga mengambil nyawa pria."
Giselle hanya tersenyum. Baginya, peringatan itu hanyal angin lalu. Bagaimana mungkin ia berhenti menari, ketika langkahnya adalah nyanyian jiwa?
Hari itu, suasana desa riuh. Di tengah keramaian, Loys muncul dan mereka menari bersama. Tarian mereka penuh kebahagiaan, ceria, dan penuh cinta. Setiap putaran Giselle membuat hati Hilarion, si pemburu yang diam-diam mencintainya, semakin pedih. Dia curiga pada Loys. Ada sesuatu yang tidak beres pada pria itu.
Kecurigaan Hilarion terbukti ketika sekelompok bangsawan datang berburu. Seorang wanita cantik dan anggun, Putri Bathilde, beristirahat di pondok Giselle. Dengan polosnya, Giselle mempersilakannya dan bercerita tentang cintanya pada Loys. Bathilde, yang menyentuh, memberikannya kalung emas.
Namun, kebahagiaan itu tiba-tiba runtuh. Hilarion, dengan wajah penuh kemenangan, muncul membawa pedang dan jubah mewah yang disembunyikan Loys. Ia membongkar semuanya. Loys bukanlah petani. Dia adalah Albrecht, Duke dari Courland, pertunangan sah dari Putri Bathilde yang berdiri tak jauh darinya.
Dunia Giselle runtuh. Dia tertipu. Cinta yang ia anggap suci ternyata dibangun di atas rangkuman. Ia memandangi Albrecht, lalu Bathilde, kemudian kembali ke Albrecht. Ingatannya melayang pada tarian mereka, pada kata-kata manisnya, pada bunga pembohong di tangan. Semuanya palsu.
Dengan hati yang hancur, ia mulai menari. Bukan tarian yang bahagia, melainkan tarian getir dan penuh keputusasaan. Langkahnya semakin cepat, pembohong, dan tidak terkendali. Ibu dan warga desa berusaha menghentikannya, tetapi tubuhnya bagai ditarik kembali oleh arus kesedihan yang tak terbendung. Ia menari hingga napasnya tersengal, hingga jantungnya yang lemah tak lagi mampu berdetak. Di pelukan Albrecht yang panik, tubuhnya perlahan lunglai. Senyum terakhirnya menekankan, sebuah ekspresi dari jiwa yang remuk dan hati yang patah.
🩰🩰🩰
Malam di hutan belantara sungguh berbeda. Kabut biru membuat danau dan nisan-nisan di pemakaman sepi. Di turunnya Myrtha, Ratu para Wili, bangkit dari kuburnya. Dengan tongkat ajaibnya, ia membangkitkan para pengikutnya, arwah gadis-gadis yang dikhianati cinta.
"Bangkitlah, Giselle! Biarkan kenanganmu sebagai manusia. Kini kau adalah Wili. Dendam kami pada pria adalah nyawamu sekarang!"
Giselle bangkit, jiwa yang lembut kini terikat pada sumpah para Wili. Ia menjadi bayangan yang anggun, penuh dendam, dan abadi.
Tak lama kemudian, Hilarion yang datang dengan sedih ke makam Giselle. Para Wili segera mengepungnya. Mereka menyuruhnya menari. Hilarion dipaksa mengikuti irama tarian mereka yang mematikan hingga napasnya habis, lalu dilemparkan ke dalam danau.
Kemudian, Albrecht datang dengan wajah penuh penyesalan. Ia mencari kubur Giselle, berharap bisa memohon maaf. Saat ia melihat bayangan Giselle, hatinya serasa tertusuk. Namun, Giselle yang telah menjadi Wili hanya menatapnya dengan hampa.
Myrtha memerintahkan Giselle untuk memikat Albrecht, untuk menari bersamanya hingga ajal mengundang. Awalnya, Giselle menuruti. Tarian mereka dimulai, penuh dengan drama dan keputusasaan. Albrecht mengikuti setiap langkah Giselle, perlahan kehabisan tenaga.
Namun, saat fajar akan tiba dan kekuatan Myrtha melemah, jiwa manusia Giselle kembali bergejolak. Ia melihat penyesalan yang tulus di mata Albrecht. Cintanya yang dulu tidak pernah benar-benar padam. Alih-alih menari untuk membunuhnya, Giselle mulai melindunginya. Ia menari di antara Albrecht dan Myrtha, memberikan kekuatan untuk bertahan.
"Tarianmu, Giselle! Buat dia menari hingga mati!" seru Myrtha.
Tetapi Giselle terus melindungi Albrecht, membimbingnya untuk bertahan hingga ayam jantan berkokok, pertanda pagi tiba.
Sinar matahari pagi pertama menerobos pepohonan. Kekuatan untuk Wili punah. Myrtha dan para Wili lainnya menghilang perlahan ke dalam kabut.
Giselle dan Albrecht berdiri di depan untuk terakhir kalinya. Cinta mereka telah melewati malam yang mengerikan dan mengalahkan balas dendam. Dengan wajah penuh kedamaian dan maaf, Giselle perlahan menghilang, kembali ke alamnya. Ia bukan lagi arwah penuh balas dendam, melainkan jiwa yang telah menemukan pengampunan.
Albrecht tertinggal sendirian, tertinggal di depan nisan Giselle. Cintanya telah menyelamatkan nyawanya, namun kehilangan itu terasa lebih dalam dari sebelumnya. Ia kehilangan bayangan cintanya untuk yang kedua selamanya, kali ini, untuk selamanya.
Comments
Post a Comment